Nenekku, Pemuas Nafsuku,- Kali ini, aku akan menceritakan pengalaman nikmatnya bersetubuh dengan nenek sendiri. Walaupun sudah nenek-nenek, tapi nenekku ini masih montok karena dia rutin meminum jamu.
Nek Wiwa, begitu aku selalu memanggilnya. Dia adalah ibu dari emakku. Umurnya sudah 49 tahun. Ketika kejadian itu, aku berusia 16 tahun. Emak-ku menikah dalam usia 19 tahun. Aku adalah anak tunggal dari emakku. Sejak kakekku meninggal dunia empat bulan lalu akibat lalu lintas, aku tinggal bersama nenek-ku untuk memaninya. Sebagai cucu tertuanya, aku sangat dimanja. Sedikit saja aku sakit, aku langsung dipijati. Bahkan kalau aku tidur, nenek suka nembang, menyenandungkan lagu-lagu tradisi yang merdu dan indah.
Malamnya aku tidur bersama nenekku. Kami biasa tidur bersama dan aku selalu dielus sampai aku tertidur. Tapi malam ini, entah kenapa aku menjadi terangsang. Mungkin setelah nonton BF di tempat teman ssore tadi. Saat aku memeluk nenek, aku merapatkan tubuhku padanya. Di pahanya tersenggol oleh penisku. Penisku langsung tegang, sebab adegan dalam BF masih terbayang di mataku. Nonton BF adalah kali pertama buatku. Perlahan kutundih paha nenek dengan pahaku. Walau sudah tua, nenek masih padat tubuhnya. Maklum dia seorang petani dan pekerja keras. Ah…terasa penisku semakin keras. Nenekpun memiringkan tubuhnya dan menindih kakiku dengan kakinya yang lain hingga kakiku berada di antara kedua kakinya. Saat dia mengelus-elus kepalaku, aku berpura-pura mendengkur. Lalu tanganku turun meraba buritnya dari balik dasternya. Wooowwww…nenek tidak memakai celana dalamnya. Sama seperti di atas, dia tidak memakai bra. Saat aku meraba buritnya, nenek mengecup keningku dengan lembut.
“Wah…anak lanang…” katanya penuh kasih sayang. Perlahan tanganku merayap dan kini sudah berada di paha nenek. AKui sudah meraba celoah buritnya.
“Heeehhh…ngelindur,” kata nenekku perlahan. Aku mau tertawa, karena nenekku mengira aku sedang mengigau dalam tidurku yang pulas. Nenek menghentikan sapuannya pada kepalaku. Kini nenek sudah terbaring terlentang. Seiring dengan itu,tanganku sudah berada di bawahperutnya dan terkena jembutnya. Perlahan kuraba jembut itu dan nenek tampaknya diam. Dengan semakin berani, aku mengelus-elus jembut nenekku, sembari terus sesekali mengeluarkan suara dengkuranku yang teratur. Saat nenek mau mengangkat tanganku, aku mengeluarkan kata-kata:” Nina sayang…”
“La…nak lanang…nak lanang. Pacarmu namanya Nina…ya…?” kata nenek perlahan. Aku sengaja memanggil nama Nina teman sekelasku yang cantik kaya bidadari, karea aku memang naksir padanya.
Tanganku terus menelusup ke lubang pagina nenek dan mempermainkan jariku di sana. Nenek menjepitkan tanganku dengan kedua pahanya. Kini jariku sudah berada didalam lubang nenek dan menyentuh sesuatu benda kecil. Aku merasakan nenek menggelinjang dan mengeluarkan suara desissan. Perlahan, nenek merenggangkan jepitannya pada tanganku. Aku semakin leluasa mempermainkan jariku di lubang nenek. Aku merasa lubang itu semakin licin dan basah. Nenek pun selallu mengeluarkan suara desisan. Dengan tak sabar, aku menaiki tubuh nenek. Dengan kedua kakiku kukangkangkan paha nenek. Dengan cepat kupelorotkan celaa pendekku bersama ceklana dalamku sekalian. Kuraba lubang nenek da kutuntun penisku memasuki lubang nenek. Bleeesss, penisku begitu cepat memasuki lubang itu.
“Woooaaaaaalllllaaaaahhh…” nenek menggumam. Aku mulai memompa penisku ke dalam lubang nenek. Setelah beberapa kali aku memompa luibang nenek dengan penisku, aku merasakan nenek mulai merespons-ku. Nenek sudah ikut menggerak-gerakkan tubuhnya dari bawah. Nenek mendesis. Aku semakin semangat memberikan pompa penisku ke dalam lubangnya yang semakin basah, licin dan hangat. Sambil memompa nenek, aku membayangkan sedang menyetubuhi Nina gadis cantik sekelasku yang aku sudah jatuh cinta padanya.
“Nina…ninnnnaaaa….” kataku di telinga nenek.
Malamnya aku tidur bersama nenekku. Kami biasa tidur bersama dan aku selalu dielus sampai aku tertidur. Tapi malam ini, entah kenapa aku menjadi terangsang. Mungkin setelah nonton BF di tempat teman ssore tadi. Saat aku memeluk nenek, aku merapatkan tubuhku padanya. Di pahanya tersenggol oleh penisku. Penisku langsung tegang, sebab adegan dalam BF masih terbayang di mataku. Nonton BF adalah kali pertama buatku. Perlahan kutundih paha nenek dengan pahaku. Walau sudah tua, nenek masih padat tubuhnya. Maklum dia seorang petani dan pekerja keras. Ah…terasa penisku semakin keras. Nenekpun memiringkan tubuhnya dan menindih kakiku dengan kakinya yang lain hingga kakiku berada di antara kedua kakinya. Saat dia mengelus-elus kepalaku, aku berpura-pura mendengkur. Lalu tanganku turun meraba buritnya dari balik dasternya. Wooowwww…nenek tidak memakai celana dalamnya. Sama seperti di atas, dia tidak memakai bra. Saat aku meraba buritnya, nenek mengecup keningku dengan lembut.
“Wah…anak lanang…” katanya penuh kasih sayang. Perlahan tanganku merayap dan kini sudah berada di paha nenek. AKui sudah meraba celoah buritnya.
“Heeehhh…ngelindur,” kata nenekku perlahan. Aku mau tertawa, karena nenekku mengira aku sedang mengigau dalam tidurku yang pulas. Nenek menghentikan sapuannya pada kepalaku. Kini nenek sudah terbaring terlentang. Seiring dengan itu,tanganku sudah berada di bawahperutnya dan terkena jembutnya. Perlahan kuraba jembut itu dan nenek tampaknya diam. Dengan semakin berani, aku mengelus-elus jembut nenekku, sembari terus sesekali mengeluarkan suara dengkuranku yang teratur. Saat nenek mau mengangkat tanganku, aku mengeluarkan kata-kata:” Nina sayang…”
“La…nak lanang…nak lanang. Pacarmu namanya Nina…ya…?” kata nenek perlahan. Aku sengaja memanggil nama Nina teman sekelasku yang cantik kaya bidadari, karea aku memang naksir padanya.
Tanganku terus menelusup ke lubang pagina nenek dan mempermainkan jariku di sana. Nenek menjepitkan tanganku dengan kedua pahanya. Kini jariku sudah berada didalam lubang nenek dan menyentuh sesuatu benda kecil. Aku merasakan nenek menggelinjang dan mengeluarkan suara desissan. Perlahan, nenek merenggangkan jepitannya pada tanganku. Aku semakin leluasa mempermainkan jariku di lubang nenek. Aku merasa lubang itu semakin licin dan basah. Nenek pun selallu mengeluarkan suara desisan. Dengan tak sabar, aku menaiki tubuh nenek. Dengan kedua kakiku kukangkangkan paha nenek. Dengan cepat kupelorotkan celaa pendekku bersama ceklana dalamku sekalian. Kuraba lubang nenek da kutuntun penisku memasuki lubang nenek. Bleeesss, penisku begitu cepat memasuki lubang itu.
“Woooaaaaaalllllaaaaahhh…” nenek menggumam. Aku mulai memompa penisku ke dalam lubang nenek. Setelah beberapa kali aku memompa luibang nenek dengan penisku, aku merasakan nenek mulai merespons-ku. Nenek sudah ikut menggerak-gerakkan tubuhnya dari bawah. Nenek mendesis. Aku semakin semangat memberikan pompa penisku ke dalam lubangnya yang semakin basah, licin dan hangat. Sambil memompa nenek, aku membayangkan sedang menyetubuhi Nina gadis cantik sekelasku yang aku sudah jatuh cinta padanya.
“Nina…ninnnnaaaa….” kataku di telinga nenek.
“Ayo goyang terus Nina sayang….” kataku. nenek justru mengikuti perintahku. Nenek mengoyang tubuhnya dari bawah dengan cepat. Kini nenek sudah menjepitkan kedua kakinya di pinggangku. AKu terus memompanya, sampai aku mencengkerang rambutnya. Nenek membalas memelukku dengan kuat. Aku sudah tak kuasa menahan gejolak dari dalam tubuhku. Kami saling berangkulan erat sekali. Lalu…crrooootttt….crooot…crooottt…spermaku keluar dengan deras. Saat itu nenek pun bercericau :” ohhhh…sssstttt….aaahhhh….” dan aku pun merasakan ada cairan panas membasahi penisku.
Nenek mulai melemaskan kedua kakinya dari jepitannya pada pinggangku. Penisku pun mengecil dan lepas dari lubang pagina nenek. Perlahan, aku di tolaknya ke sampingnya. Aku pun terus berpura-pura tidur. Nenek melap penisku dengan dasternya dan memakaikan celanaku dengan rapi, lalu dia ke kamar mandi. AKu mendengar suara air menceboki paginanya.
Setelah nenek kembali ke kamar , dia menyelimuti tubuhku dengan kasih sayang, lalu dia tidur di sisiku.
Pagi-pagi, nenek membangunkanku untuk mandi, karean aku harus sekolah. Aku segera mandi ke kamar mandi dan berpakaian sekolah. Sebelum ke sekolah, aku sarapan dulu dengan nenek. Waktu makan nenek tersenyum dan berkata:” Kamu sudah dewasa cah lanang, tak boleh tidur bersama nenek lagi, ya” katanya. Aku diam dan menundukkan kepala karean malu.
“Kamu baru beberapa bulan tinggal sama nenek, sudah punya pacar. Namanya Nina, ya” tanya nenek. Aku merasa tersudut. Mungkin nenek menyindirku. Kuberanikan diri menjawab.
“Kok nenek tahu pacarku Nina, nek?”
“Tadi malam kamu tidur mengigau, panggil-panggil nama Nina,” katanya. AKu tersenyum dan Nenek juga tersenyum sembari membelai tengkukku.
Selesai makan, aku jengambil tas sekolahku. Saat mau pergi sekolah aku menyalami nenekkku dan mengatakan kepadanya:” Nanti malam kita ulangi lagi ya Nina sayang…” kataku tersenyumj.
“Eh…berarti tadi malam kamu tidak mengigau ya,” kata nenek malu. Aku diam saja dan pergi ke sekolah.
Nenek mulai melemaskan kedua kakinya dari jepitannya pada pinggangku. Penisku pun mengecil dan lepas dari lubang pagina nenek. Perlahan, aku di tolaknya ke sampingnya. Aku pun terus berpura-pura tidur. Nenek melap penisku dengan dasternya dan memakaikan celanaku dengan rapi, lalu dia ke kamar mandi. AKu mendengar suara air menceboki paginanya.
Setelah nenek kembali ke kamar , dia menyelimuti tubuhku dengan kasih sayang, lalu dia tidur di sisiku.
Pagi-pagi, nenek membangunkanku untuk mandi, karean aku harus sekolah. Aku segera mandi ke kamar mandi dan berpakaian sekolah. Sebelum ke sekolah, aku sarapan dulu dengan nenek. Waktu makan nenek tersenyum dan berkata:” Kamu sudah dewasa cah lanang, tak boleh tidur bersama nenek lagi, ya” katanya. Aku diam dan menundukkan kepala karean malu.
“Kamu baru beberapa bulan tinggal sama nenek, sudah punya pacar. Namanya Nina, ya” tanya nenek. Aku merasa tersudut. Mungkin nenek menyindirku. Kuberanikan diri menjawab.
“Kok nenek tahu pacarku Nina, nek?”
“Tadi malam kamu tidur mengigau, panggil-panggil nama Nina,” katanya. AKu tersenyum dan Nenek juga tersenyum sembari membelai tengkukku.
Selesai makan, aku jengambil tas sekolahku. Saat mau pergi sekolah aku menyalami nenekkku dan mengatakan kepadanya:” Nanti malam kita ulangi lagi ya Nina sayang…” kataku tersenyumj.
“Eh…berarti tadi malam kamu tidak mengigau ya,” kata nenek malu. Aku diam saja dan pergi ke sekolah.
Di sekolah, rasanya aku ingin cepat kembali pulang. Kejadian tadi malam terasa bagitu indah bagiku. Aku telah bersetubuh untuk pertama kali dengan nenekku. Aku ingin mengulanginya kembali, tapi tidak dengan berpura mengigau. Dengan kenyataan. AKu sedang berpikir keras bagaimana caranya. Tapi aku harus berani. Toh nenek tidak akan melaporkanku kepda emak dan ayahku, karean aku cucu kesayangannya dan nenek
pasti malu melaporkannya.
Sesampai di rumah, aku langsung makan, Kemudian aku menyusul nenek ke ladang. Nenek sedang panen padi, jadi aku harus membantunya. Benar saja, nenek sedang sibuk memanen padinya dan aku segera turun tangan. Tanpa disuruh aku mengerjakan apa yang harus kukerjakan dengan baik. Nenek senang sekali aku selalu membantunya dalam berbagai pekerjaan apa saja.
Matahari mulai bersender ke arah barat. Suara adzan sudah terdengar. Kami bersiap untuk pulang dan aku akan memikul panenan nenek sebagian, dan sebagian lagi kami tinggal di dangau. Tidak akan hilang, karena orang kampung selalu berbuat seperti itu. Setiba di rumah, aku segera mandi membersihkan diriku dan nenek bersiap menyediakan hidangan makan malam kami.
Pukul 20.00, kami makan malam bersama. Seusai makan, nenek membersihkan meja makan dan mencuci piring ke dapur sementara aku menonton TV acara kesayanganku.
“Besok, panen kita sudah bisa dijual sebagian. Aku sudah panggil pak Min untuk membelinya,” kata nenek. Aku minta nenek tidak menjualnya sebelum aku datang, biar aku ikut menyaksikan pak Min menimbang padi yang sudah di panen. AKu tak mau nenek ditokohi pak Min yang lintah darat itu. Nenek tersenyu dan menyetujuinya.
Pukul 22.00 nenek minta izin tidur duluan. Aku segera mematikan TV dan mengatakan mau tidur juga karena kelelehan. Aku menyusul nenek ke kamar. Tapi kata nenek sejak malam itu, aku tak boleh lagi tidur dengannya. Aku berkeras harus tidur dengan nenek.
“Aku tak mau ditiduri seperti tadi malam. Ternyata kamu tidak mengigau,” kata nenek marah.
“Apa bedanya mengigau dengan tidak mengigau. Yang jelas aku kepingin…” kataku berkeras. Kudorong nenek ke dalam kamar, lalu kukunci pintu.
“Cah…lanang….(begitu nenek selalu memanggilku) aku ini nenekmu,” katanya. AKu tak menjawab. AKu langsung memeluknya dan memaksa mengecup bibirnya, seperti yang selalu kami diskusikan dengan teman-teman, bagaimana cara beciuman dengan perempuan. Aku memang sejak dari kamar mandi hanya memakai celana pendek longgar dan T-shirt saja, tanpa celana dalam. Kupeluk nenek dan kucioumi bibirnya. Kuraba teteknya yang tidak memakai bra. Kutelusuri burotnya, ternyata juga tidak memakai celana dalam. AKu terus meraba teteknya dan meremas-remasnya sembari terus menjulurkan lidahku ke dalam mulutnya. Dari ujung bawah dastrernya kunaikkan daster itu. Dengan setengah paksa, kulepas daster nenjek, sampai nenek telanjang.
“Eh…kamu…” kata nenek membentakku. Aku tak perduli. Toh dia sudah telanjang di hadapanku. Sambil terus menciuminya dan meraba teteknya, sebelah tanganku melorotkan celanaku sampai lepas. Kini tinggal T-Shirt ku dan tak lama, juga sudah kulepas. Kini aku dan nenek sudah telanjang bulat.
Berkat jamu ramuan nenekku, teteknya masih terasa kenyal dan tubuhnya juga masih terasa padat. AKu menjilati leher nenek lalu aku menisap teteknya. Aaaahhhh…..katanya mendesis. AKu terus melakukannya, sampai nenek mulai memelukku dan tanganku sebelah sudah meraba-raba paginanya.
Perlahan, aku menggiring nenek ke tempat tidur dan menidurkannya di tempat tidur. Aku masih berdiri di sisi tempat tidur. KIni lidahku sudah menjilati perut nenek sembari tanganku sebelah masih terus meremas teteknya. Lidahku turun ke pusatnya dan terus ke bawah sampai ke jembutnya. Lalu kukangkangkan kedua kakinya dan menjilati paginanya.
“Ah…jangaaaannn….jjijik…” kata nenek. Rupanya antara nenek dan kakek dulu tak pernah melakukan oral seks pikirku. Dasar wong ndeso. AKu tak perduli dan terus memasukkan lidahku ke dalam paginanya, tempat darimana emakku dulu dilahirkan. Nenek menjambak rambutku dan menekan kepalaku ke dalam paginanya. Kedua kakinya sudah berada di punggungku melalui bahuku. AKu terus menjilatinya. Sampai pagina itu basah. Dan nenek mendeswis-desis dan berkata:” sudah…dimasukkan saja..ce…ccceee…paaaatttt,” pintanya. Aku senang atas permintaan nenekku itu. AKu langsung menaiki tubuhnya dan kuraih tangan nenek untuk menggenggam kontolku dan meletakkan persis di lubang paginanya. Begitu tepat, aku tinggal menekan saja. Blesss….kontolku memasuki liang nenekku.
“Oh….” hanya itu yang keluar dari mulut nenekku. Lalu nenek mulai mengoyang tubuhnya dari bawah, sementara aku menciumi bibirnya dengan gemas. Nenek mengarahkan mulutku untuk mengisap teteknya dan melapaskan bibirku dari bibirnya. AKua mengikuti kehendak nenekku tersayang itu. Aku mengisap-isap tetek nenek dan mengigitnya perlahan-lahan membuat nenek kembali mendesis-desis kayak suara ular. Denagn sekuat tenaganya, nenek membalikkan tubuhku. Kini posisiku sudah berada di bawah nenek. Nenek duduk dengan mengangkangkan kedua kakinya di sisi tubuhku. Dia duduk di atasku, dengan kontolku tertanam dalam di dalam paginanya. Nenek meletakkan kedua tangannya di dadaku dan dia dengan buasnya mengguyang-goyangkan buritnya, membuat kontolku menyentuh-nyentuh bagian yang terdalam di dalam liangnya. Kugenggam kedua teteknya dari bawah dan kuremas-remah.
“Remas yang kuat sayang,” katanya. Aku melakukannya, sementara nenek terus menggiyang-goyang buritnya di atas tubuhku. Mulutnya terus mengeluarkan suara desisan…sssstttt….ssssttttt…aaaahhhhhhhssssstttt…wwooohhhh. Aku tak mengerti arti desisan itu. Yang kutahu nenek sedang menikmati persetubuhan kami. Tiba-tiba nenek menjerit agar kuat. Aaaaaaaaahhhhhhh!!!! Dia berhenti menggoyang tubuhnya dan menekan kuat-kuat buritnya, membuat kontolku benar-benar tersandung sesuatu di dalam sana. Lelehan lend*r panas membasahi kontolku. Setelah itu nenek rebah di atas tubuhku dengan lemas.
Kini aku yang membalikkan tubuh nenek. Dan nenek sudah berada di bawah tubuhku. Kuangkau kedua kakiknya di bahuku. aku mulai menggoyang kontolku maju-mundur. Aku melihat kedua tetek nenek ikut bergoyang-goyang. Nenek masih lemas tak mampu memberikan perlawanan apa-apa. Nafasnya tersengal-sengal. Aku harus cepat mengakhirinya. Kata orang, kalau terlalu capek bersetubuh, justru jantung bisa berhenti berdenyut. Dan…aku melepaskan spermaku beberapa kali di dalam liang nenek.
Kini aku yang memeluk nenek. Setelah 10 menit, kami sama-sama membersihkan diri ke kamar mandi. Lalu kami tidur pulas dengan telanjang ditutupi selimut.
Entah kenapa, tengah malam aku terbangun. Gesekan kulit kami, membuat kontolku bangun lagi. Maklumlah ketika itu usiaku baru 16 tahun, masih mau-maunya. Perlahan kubuka selimut dan kukangkangkan kedua kaki nenekku. Lalu perlahan kumasukkan kontolku dan memompanya. Aku mendengar suara dengkur nenekku keras sekali. Aku tak perduli dan terus memompanya dengan cepat sampai sampai akhirnya nenekku terbangun.
“Oh…kamu ngentoti nenek lagi?” tanya nenek. Aku diam saja dan terus memompanya.
“Nenek capek…” katanya.
“Enggak apa-apa nek. Nenek diam saja,” kataku. Dan nenek pun memejamkan matanya. Aku terus memompanya. Nenek hanya mengeluarkan desis-desis halus saja. Nyatanya nenek menikmati juga, pikirku. Sampai akhirnya aku mengeluarkan spermaku lagi di liang nenek.
Paginya setelah mandi, aku langsung sarapan. Nenek duduk disampingku.
“Awas, kalau kamu cerita kepda orang lain. Nenek sudah tua. Nenek malu,” katanya. Aku meganguk pelan tanda setuju. Seusai makan, aku ke kamar mengganti pakaian. Ternyata nenek sedang bertelanjang bulat, mau memakai dasternya. AKu tak tahan melihatnya telanjang. Aku memeluknya dari belakang dan menjilati tengkuknya. Dari belakang aku meremas-remas teteknya.
“Sudah…nanti malam lagi. Nenek mau ke pasar belanja keperluan kita minggu ini,” katanya. AKu tak perduli. Aku terus menciuminya dari belakang. Kulepas handuk yang melilit tubuhku, hingga aku telanjang bulat juga jadinya. Akhirnya nenekku menyerah dan membalikan tubuhku serta memelukku. Kami berpelukan dan saling memagut dan lidah kami sudah bermain di dalam dailam rongga mulut nenekku. Kutuntun nenek ke tempat tidur da aku merebahkan diriku. Kuminta nenek untuk mengisap kontolku. Mulanya nenekku yang wong ndeso itu tidak mau. Kubujuk agar dia mau. Nenekku mengalah dan mencoba mengulum kontolku dan menjilatinya sampai akhirnya dia memasukkan semua kontolku ke dalam mu;lutnya. AKu kegelian, sesuai apa yang selalu aku dengar dari teman-temanku. NIkmat sekali. Karean baru pertama akali kontolku diisap-isap begitu, aku tak mampu menahan nafsuku. Aku melepaskan spermaku di dalam mulut nenekku. Banyak sekali dan memintanya untuk menelannya. Nenek mengikuki.
“Sudah…???” katanya tersenyum. Aku tersenyum juga. Katanya nenek segera ke pasar membeli kebutuhan kami seminggu dan membeli ramuan jamu, agar dia tidak hamil. Umur 49 tahun masih bisa hamil, karean haid nenekku katanya, masih lancar. Nenek pun pergi ke pasar. Karean sudah terlambat, aku minta izin untuk tidak sekolah hari itu. Nenek mengizinkanku bolos tapi satu hari itu saja. Awas kalau bolos di hario-hari lain, ancamnya sembari pergi meninggalkanku sendirian di rumah. Sekian ceritanya, semoga tegang hehe :D
pasti malu melaporkannya.
Sesampai di rumah, aku langsung makan, Kemudian aku menyusul nenek ke ladang. Nenek sedang panen padi, jadi aku harus membantunya. Benar saja, nenek sedang sibuk memanen padinya dan aku segera turun tangan. Tanpa disuruh aku mengerjakan apa yang harus kukerjakan dengan baik. Nenek senang sekali aku selalu membantunya dalam berbagai pekerjaan apa saja.
Matahari mulai bersender ke arah barat. Suara adzan sudah terdengar. Kami bersiap untuk pulang dan aku akan memikul panenan nenek sebagian, dan sebagian lagi kami tinggal di dangau. Tidak akan hilang, karena orang kampung selalu berbuat seperti itu. Setiba di rumah, aku segera mandi membersihkan diriku dan nenek bersiap menyediakan hidangan makan malam kami.
Pukul 20.00, kami makan malam bersama. Seusai makan, nenek membersihkan meja makan dan mencuci piring ke dapur sementara aku menonton TV acara kesayanganku.
“Besok, panen kita sudah bisa dijual sebagian. Aku sudah panggil pak Min untuk membelinya,” kata nenek. Aku minta nenek tidak menjualnya sebelum aku datang, biar aku ikut menyaksikan pak Min menimbang padi yang sudah di panen. AKu tak mau nenek ditokohi pak Min yang lintah darat itu. Nenek tersenyu dan menyetujuinya.
Pukul 22.00 nenek minta izin tidur duluan. Aku segera mematikan TV dan mengatakan mau tidur juga karena kelelehan. Aku menyusul nenek ke kamar. Tapi kata nenek sejak malam itu, aku tak boleh lagi tidur dengannya. Aku berkeras harus tidur dengan nenek.
“Aku tak mau ditiduri seperti tadi malam. Ternyata kamu tidak mengigau,” kata nenek marah.
“Apa bedanya mengigau dengan tidak mengigau. Yang jelas aku kepingin…” kataku berkeras. Kudorong nenek ke dalam kamar, lalu kukunci pintu.
“Cah…lanang….(begitu nenek selalu memanggilku) aku ini nenekmu,” katanya. AKu tak menjawab. AKu langsung memeluknya dan memaksa mengecup bibirnya, seperti yang selalu kami diskusikan dengan teman-teman, bagaimana cara beciuman dengan perempuan. Aku memang sejak dari kamar mandi hanya memakai celana pendek longgar dan T-shirt saja, tanpa celana dalam. Kupeluk nenek dan kucioumi bibirnya. Kuraba teteknya yang tidak memakai bra. Kutelusuri burotnya, ternyata juga tidak memakai celana dalam. AKu terus meraba teteknya dan meremas-remasnya sembari terus menjulurkan lidahku ke dalam mulutnya. Dari ujung bawah dastrernya kunaikkan daster itu. Dengan setengah paksa, kulepas daster nenjek, sampai nenek telanjang.
“Eh…kamu…” kata nenek membentakku. Aku tak perduli. Toh dia sudah telanjang di hadapanku. Sambil terus menciuminya dan meraba teteknya, sebelah tanganku melorotkan celanaku sampai lepas. Kini tinggal T-Shirt ku dan tak lama, juga sudah kulepas. Kini aku dan nenek sudah telanjang bulat.
Berkat jamu ramuan nenekku, teteknya masih terasa kenyal dan tubuhnya juga masih terasa padat. AKu menjilati leher nenek lalu aku menisap teteknya. Aaaahhhh…..katanya mendesis. AKu terus melakukannya, sampai nenek mulai memelukku dan tanganku sebelah sudah meraba-raba paginanya.
Perlahan, aku menggiring nenek ke tempat tidur dan menidurkannya di tempat tidur. Aku masih berdiri di sisi tempat tidur. KIni lidahku sudah menjilati perut nenek sembari tanganku sebelah masih terus meremas teteknya. Lidahku turun ke pusatnya dan terus ke bawah sampai ke jembutnya. Lalu kukangkangkan kedua kakinya dan menjilati paginanya.
“Ah…jangaaaannn….jjijik…” kata nenek. Rupanya antara nenek dan kakek dulu tak pernah melakukan oral seks pikirku. Dasar wong ndeso. AKu tak perduli dan terus memasukkan lidahku ke dalam paginanya, tempat darimana emakku dulu dilahirkan. Nenek menjambak rambutku dan menekan kepalaku ke dalam paginanya. Kedua kakinya sudah berada di punggungku melalui bahuku. AKu terus menjilatinya. Sampai pagina itu basah. Dan nenek mendeswis-desis dan berkata:” sudah…dimasukkan saja..ce…ccceee…paaaatttt,” pintanya. Aku senang atas permintaan nenekku itu. AKu langsung menaiki tubuhnya dan kuraih tangan nenek untuk menggenggam kontolku dan meletakkan persis di lubang paginanya. Begitu tepat, aku tinggal menekan saja. Blesss….kontolku memasuki liang nenekku.
“Oh….” hanya itu yang keluar dari mulut nenekku. Lalu nenek mulai mengoyang tubuhnya dari bawah, sementara aku menciumi bibirnya dengan gemas. Nenek mengarahkan mulutku untuk mengisap teteknya dan melapaskan bibirku dari bibirnya. AKua mengikuti kehendak nenekku tersayang itu. Aku mengisap-isap tetek nenek dan mengigitnya perlahan-lahan membuat nenek kembali mendesis-desis kayak suara ular. Denagn sekuat tenaganya, nenek membalikkan tubuhku. Kini posisiku sudah berada di bawah nenek. Nenek duduk dengan mengangkangkan kedua kakinya di sisi tubuhku. Dia duduk di atasku, dengan kontolku tertanam dalam di dalam paginanya. Nenek meletakkan kedua tangannya di dadaku dan dia dengan buasnya mengguyang-goyangkan buritnya, membuat kontolku menyentuh-nyentuh bagian yang terdalam di dalam liangnya. Kugenggam kedua teteknya dari bawah dan kuremas-remah.
“Remas yang kuat sayang,” katanya. Aku melakukannya, sementara nenek terus menggiyang-goyang buritnya di atas tubuhku. Mulutnya terus mengeluarkan suara desisan…sssstttt….ssssttttt…aaaahhhhhhhssssstttt…wwooohhhh. Aku tak mengerti arti desisan itu. Yang kutahu nenek sedang menikmati persetubuhan kami. Tiba-tiba nenek menjerit agar kuat. Aaaaaaaaahhhhhhh!!!! Dia berhenti menggoyang tubuhnya dan menekan kuat-kuat buritnya, membuat kontolku benar-benar tersandung sesuatu di dalam sana. Lelehan lend*r panas membasahi kontolku. Setelah itu nenek rebah di atas tubuhku dengan lemas.
Kini aku yang membalikkan tubuh nenek. Dan nenek sudah berada di bawah tubuhku. Kuangkau kedua kakiknya di bahuku. aku mulai menggoyang kontolku maju-mundur. Aku melihat kedua tetek nenek ikut bergoyang-goyang. Nenek masih lemas tak mampu memberikan perlawanan apa-apa. Nafasnya tersengal-sengal. Aku harus cepat mengakhirinya. Kata orang, kalau terlalu capek bersetubuh, justru jantung bisa berhenti berdenyut. Dan…aku melepaskan spermaku beberapa kali di dalam liang nenek.
Kini aku yang memeluk nenek. Setelah 10 menit, kami sama-sama membersihkan diri ke kamar mandi. Lalu kami tidur pulas dengan telanjang ditutupi selimut.
Entah kenapa, tengah malam aku terbangun. Gesekan kulit kami, membuat kontolku bangun lagi. Maklumlah ketika itu usiaku baru 16 tahun, masih mau-maunya. Perlahan kubuka selimut dan kukangkangkan kedua kaki nenekku. Lalu perlahan kumasukkan kontolku dan memompanya. Aku mendengar suara dengkur nenekku keras sekali. Aku tak perduli dan terus memompanya dengan cepat sampai sampai akhirnya nenekku terbangun.
“Oh…kamu ngentoti nenek lagi?” tanya nenek. Aku diam saja dan terus memompanya.
“Nenek capek…” katanya.
“Enggak apa-apa nek. Nenek diam saja,” kataku. Dan nenek pun memejamkan matanya. Aku terus memompanya. Nenek hanya mengeluarkan desis-desis halus saja. Nyatanya nenek menikmati juga, pikirku. Sampai akhirnya aku mengeluarkan spermaku lagi di liang nenek.
Paginya setelah mandi, aku langsung sarapan. Nenek duduk disampingku.
“Awas, kalau kamu cerita kepda orang lain. Nenek sudah tua. Nenek malu,” katanya. Aku meganguk pelan tanda setuju. Seusai makan, aku ke kamar mengganti pakaian. Ternyata nenek sedang bertelanjang bulat, mau memakai dasternya. AKu tak tahan melihatnya telanjang. Aku memeluknya dari belakang dan menjilati tengkuknya. Dari belakang aku meremas-remas teteknya.
“Sudah…nanti malam lagi. Nenek mau ke pasar belanja keperluan kita minggu ini,” katanya. AKu tak perduli. Aku terus menciuminya dari belakang. Kulepas handuk yang melilit tubuhku, hingga aku telanjang bulat juga jadinya. Akhirnya nenekku menyerah dan membalikan tubuhku serta memelukku. Kami berpelukan dan saling memagut dan lidah kami sudah bermain di dalam dailam rongga mulut nenekku. Kutuntun nenek ke tempat tidur da aku merebahkan diriku. Kuminta nenek untuk mengisap kontolku. Mulanya nenekku yang wong ndeso itu tidak mau. Kubujuk agar dia mau. Nenekku mengalah dan mencoba mengulum kontolku dan menjilatinya sampai akhirnya dia memasukkan semua kontolku ke dalam mu;lutnya. AKu kegelian, sesuai apa yang selalu aku dengar dari teman-temanku. NIkmat sekali. Karean baru pertama akali kontolku diisap-isap begitu, aku tak mampu menahan nafsuku. Aku melepaskan spermaku di dalam mulut nenekku. Banyak sekali dan memintanya untuk menelannya. Nenek mengikuki.
“Sudah…???” katanya tersenyum. Aku tersenyum juga. Katanya nenek segera ke pasar membeli kebutuhan kami seminggu dan membeli ramuan jamu, agar dia tidak hamil. Umur 49 tahun masih bisa hamil, karean haid nenekku katanya, masih lancar. Nenek pun pergi ke pasar. Karean sudah terlambat, aku minta izin untuk tidak sekolah hari itu. Nenek mengizinkanku bolos tapi satu hari itu saja. Awas kalau bolos di hario-hari lain, ancamnya sembari pergi meninggalkanku sendirian di rumah. Sekian ceritanya, semoga tegang hehe :D